Rabu, 26 November 2008

Soto Madura Ternyata Sama Saja Dengan Soto Lamongan

Bisakah Anda membedakan Soto Madura dengan Soto Lamongan ketika membeli kedua jenis soto ini di Surabaya?

Dijamin, tidak ada perbedaan...

Para penjual Soto Madura, jangan marah ya...
Begitu juga dengan penjual Soto Lamongan...

Biarkan saya menjelaskan sedikit argumen saya.
Kuah Soto Madura di Surabaya warnanya kuning kunyit, khan?
Kuah Soto Lamongan di Surabaya juga kuning kunyit, khan?

Kalau daging sih, sama saja toch...?

Ada sedikit beda sih, pada penggunaan koya (serbuk). Soto Madura yang dijual di Surabaya tidak pakai koya. Tapi Soto Lamongan menggunakan koya. Tapi soal rasa dan tampilan? Lagi-lagi samaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.

Inilah keresahan saya, apakah orang Lamongan dan Madura yang jualan soto di Surabaya tidak bisa membuat differesiasi? Jadi konsumen tidak dapat segera mengenali keunikan masing-masing sajian tersebut.

Soto Madura Umi Maisun
Pusaka kuliner yang memulai sejarahnya di Bangkalan-Madura ini dapat Anda sebut perbedaannya dengan mudah bila dibandingkan dua jenis soto di atas. Kuahnya agak kemerahan sebab ada paduan cabai besar, dicampur lagi dengan bawang goreng maka tambah nikmatlah sajian ini.

Tampilan soto ini memang tampilan umum soto di daerah Bangkalan sehingga ini menjadi pembeda dengan sajian kuliner ala urban tadi.

Mau menikmati? Hubungi saja owner-nya: Andi 081 93 94 36 192

Soto Sabrang
Soto khas daerah Sumenep-Madura ini juga menampilkan sosok yang unik pula untuk menonjolkan diri diantara sekian soto yang beredar di Surabaya. Sabrang adalah bahasa Madura yang mengacu pada singkong (dalam bahasa Indonesia).

Ya, ada kehadiran singkong dan kacang hijau dalam kuah varietas soto yang satu ini... Mengenai bumbu, hampir samalah dengan soto yang lain. Namun yang harus dicatat differensiasi yang ditonjolkan pada kehadiran singkong dan kacang hijau dalam kuahnya.

Anda bisa menemui dan memburunya di Sumenep. So, met berburu.......

Senin, 10 November 2008

Coba link download

Hari ini nyoba buat link ke file-file yang bisa didownload...

Bagi yang tertarik mengetahui berpromosi melalui surat pribadi, coba dech klik di sini

Kamis, 09 Oktober 2008

Rujak Cingur ala Madura

Menyebut nama Rujak Cingur akan menggelandang kita di sebuah kota yang dijuluki Kota Pahlawan. Ya, Surabaya... Masakan ini melengkapi identitas Surabaya, selain artefak-artefak kehidupan lain di kota ini.

Masakan ini merupakan kombinasi sejumlah unsur, antara lain:
  • Unsur bahan makanan olahan; terdiri dari lontong yang merupakan olahan dari beras yang dibungkus daun pisang, tahu goreng, tempe goreng, cingur alias moncong sapi yang dimasak terlebih dulu.
  • Unsur buah-buahan; terdiri dari mentimun, nanas, jambu monyet, kedondong, mangga muda, belimbing, bengkoang, atau buah lain sesuai kreasi yang koki.
  • Unsur sayuran; terdiri dari rebusan daun kangkung, kacang panjang, dan kecambah.
  • Unsur sambal; merupakan kombinasi dari petis udang, terasi, kacang goreng atau kacang sangrai yang telah dikupas, garam, gula, terasi, pisang batu muda, dan bawang putih goreng. Semua unsur sambal ini diulek di atas cowek sambil ditambahi air matang guna mengentalkan sambal.

Paduan unsur-unsur di atas hampir sama dijumpai di Rujak Cingur ala Madura. Perbedaannya adalah petis yang dipakai. Petis yang digunakan yaitu petis ikan yang rasanya dominan asin sehingga Rujak Cingur Madura lebih asin dibandingkan Rujak Cingur ala Surabaya.

Karena penggunaan petis khusus tersebut, maka warna sambalnya menjadi coklat cenderung ke merah bata. Sedangkan Rujak Cingur ala Surabaya cenderung hitam. Semua karena Petis........

Sensasi pesisir Madura inilah yang membedakan dengan citarasa Rujak Cingur ala Surabaya. Petis yang sangat terkenal untuk bahan baku Rujak Cingur ala Madura adalah PETIS PANCEDEUN (pake ejaan ala Sunda gak apa-apa khan? biar bacanya jelas). Produsen petis high quality ini banyak dijumpai di Kabupaten Pamekasan.

Di kabupaten ini pula Anda bisa menjumpai Rujak Cingur ala Madura dengan citarasa luar biasa. Satu lagi yang membedakan kedua varietas rujak tersebut, yaitu penggunaan keripik singkong. Rujak Cungur ala Madura menyelipkan remukan keripik singkong (lagi-lagi khas Pamekasan). Lebih kondang disebut sebagai Keripik Tette.

Keripik singkong ini berbeda dengan yang biasa Anda jumpai di toko-toko modern. Bahan singkongnya tidak langsung diiris dalam keadaan mentah dan langsung digoreng, namun terlebih dulu direbus layaknya singkong rebus. Lantas diolah hingga menjadi kepingan-kepingan tipis yang kemudian dikeringkan.

Di Pamekasan ini pula Anda dapat menjumpai aneka produk kuliner Madura lainnya. Baik santapan berat maupun camilan. Semuanya bercitarasa nikmat.

Santapan berat yang bisa Anda buru yaitu Sate Lalat (saking kecilnya irisan daging yang ditusuk lantas dipanggang). Sedangkan camilan yang bisa diuji kenikmatannya yaitu:

  • Keripik singkong
  • Rengginang Lorjuk
  • Otok pedas-manis
  • Kue Satu

Selasa, 22 April 2008

Wisata Kuliner Bangkalan-Madura

Istilah wisata kuliner diperkenalkan oleh Bondan Winarno dan kawan-kawan yang bergabung di milis pecinta kuliner nusantara: buka saja website mereka di www.jalansutra.or.id. Berkat artikel Bondan pula saya mengenal dan sangat suka sebutan Pusaka Kuliner Madura.

Sekarang mari kita telusuri di mana saja kita bisa menjumpai para penyuguh Pusaka Kuliner Madura: Nasi Serpang. Nasi Serpang lebih banyak dijumpai di seputar Pecinan Bangkalan-Madura. Pecinan alias China Town menjadi jujukan para penyuguh Nasi Serpang, sebab arus pelintas jalan lebih tinggi dibandingkan ruas jalan lain di daerah yang berjarak 18 Km dari Pelabuhan Kamal.

Jadi sangat mudah menemukan Pusaka Kuliner Madura yang satu ini. Sejak Anda menjejakkan kaki dari kapal feri penyeberangan Ujung-Kamal, Anda bisa langsung bertanya dimana Pecinan-Bangkalan. Pasti dengan mudah Anda memperoleh jawaban. Sesampainya di Pecinan-Bangkalan, Anda juga dengan mudah menemukan karena dengan bertanya "Permisi, dimana tempat penjual Nasi Serpang", maka orang yang Anda tanya kemungkinan besar dapat menunjukkan dengan segera.

Hanya saja Anda perlu menjadwal keberangkatan berburu Nasi Serpang ini sepagi mungkin. Anda simak paragraf berikutnya.....

Di Pecinan atau pusat kota Bangkalan, para pewaris racikan Nasi Serpang menggelar karyanya. Mereka biasanya mulai berjualan selepas sholat subuh atau sekitar jam 05.00 WIB. Perangkatnya cukup sederhana lokasi yang ditempati biasanya emperan toko-toko di Pecinan tersebut. Jadi display dagangan mereka hanya berlangsung sekitar 3 jam, sebab toko-toko sudah mulai buka sekitar jam 8.

Meski hanya berjualan 3 jam, namun jumlah porsi yang berhasil dijual bisa mencapai 300 bungkus per hari (untuk penjual yang laris atau sangat digemari). Bisa Anda bandingkan volume penjualan tersebut dengan warung-warung atau restoran yang menjual sepanjang hari (8 jam atau bahkan sampai malam).

Jadwal berjualan ini dapat dijadikan acuan bagaimana kualitas citarasanya. Tak mungkin kiranya sebuah produk makanan mampu laku ratusan bungkus dalam jangka waktu 3 jam, bila citarasanya berkualitas rendah. Dapat dipastikan kualitasnya sangat bagus.

Soal kualitas ini pula kiranya yang melatarbelakangi para pewaris Nasi Serpang ini berjualan di kawasan Pecinan. Warga Tionghoa selama ini dikenal sangat menikmati masakan yang kualitas citarasanya sangat tinggi. Tidak sedikit diantara mereka yang sangat menyukai kenikmatan Nasi Serpang. Simpulan sementaranya, Nasi Serpang mendekat ke lokasi target market-nya.

Kamis, 13 Maret 2008

Hikayat Nasi Serpang

Mengapa dijuluki Nasi Serpang?

Pertanyaan ini layak Anda ajukan untuk mengetahui KADAR KEASLIAN Nasi Serpang yang Anda asup. Kadar keaslian pertama tentunya dapat Anda telusuri dari cita rasanya.

Mengapa perlu menempuh metode-bertanya? Sebab saat ini Nasi Serpang telah merambah beberapa kota. Termasuk kota besar seperti Surabaya. Akibat ekspansi ini, beberapa penjual Nasi Serpang tercerabut dari akarnya. Mereka memintas begitu saja: Nasi Serpang=Nasi khas Madura.

Harap maklum bila kebetulan Anda memergoki kejadian tersebut. Sebab Nasi Serpang telah mengalami komersialisasi. Pusaka kuliner Madura ini telah diproduksi massal tentu demi memenuhi tantangan jaman yang materialistis. Meski demikian, tak dapat disebut serta merta bahwa warga Madura telah tertelan materialisme.

Warga Madura menampilkan Nasi Serpang sebagai bagian dari mozaik jaman posmodernisme. Posmodernisme yang merayakan identitas serba lokal yang dihormati eksistensinya secara total.

Nasi Serpang merupakan masakan khas asal Desa Serpang, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan-Madura. Ya, sebutan Serpang berasal dari nama sebuah desa di pelosok Madura. Bila para peracik Nasi Serpang yang Anda beli berasal dari desa tersebut atau bersanak saudara dari sana, maka bisa dipastikan Nasi Serpang yang Anda nikmati adalah asli. Hal ini terkait dengan resep turun-temurun.

Tentu Anda tak bisa menutup mata bahwa ilmu meracik masakan adalah ilmu kasat mata yang bisa dipelajari sehingga seorang bersuku Jawa juga bisa memasak Nasi Serpang dengan cita rasa mendekati rasa aslinya.

Namun, perlu dicatat bahwa saat Anda menikmati Nasi Serpang atau masakan asal daerah lainnya, sebenarnya Anda sedang menempuh petualangan cita rasa yang dilambari adat setempat. Cita rasa itu diperoleh tak hanya dari bumbu yang diracik, namun juga dari suasana hati dan nuansa di seputar dapur tempat masakan itu dimasak.

Akan sangat berbeda sensasi dan nuansa yang dapat Anda tangkap dari masakan yang dimasak tempat asalnya dan kokinya tak pernah menjalani kehidupan di tempat asal masakan tersebut.

Rasakan atmosfer para peracik genuine, tembuslah alam pikir dan alam rasa mereka, dan jangan lupa untuk menikmati keikhlasan mereka saat memasak. Ya, keikhlasan telah membuat cita rasa Nasi Serpang berbeda. Keikhlasan ini pula penentu kenikmatan sebuah masakan, apapun.

Desa Serpang terletak agak di pelosok, bukan di pinggir pantai. Namun warganya tak dapat mungkir dari kenyataan bahwa dia berada di Madura yang identik dengan atmosfer pesisir. Itu sebabnya, perpaduan beragam lauk pauk tersaji pada pusaka kuliner Madura yang satu ini: Nasi Serpang.

Nasi Serpang; Pusaka Kuliner Madura


Pusaka kuliner pantas disematkan pada Nasi Serpang. Ia diracik berdasarkan resep masakan para leluhur warga Madura. Nasi Serpang merupakan masakan paduan dari bahan makanan segala penjuru, maksudnya dari penjuru daratan, pantai sampai dengan lautan. Dari ikan laut sampai dengan daging hewan daratan.

Bahan makanan yang dimaksud, antara lain:



  • Nasi

  • Pepes ikan tongkol

  • Kerang dimasak sambal goreng

  • Soun bumbu kecap

  • Telor asin masir

  • Sambal terasi

  • Krupuk rambak bumbu rujak

  • Dendeng daging sapi Madura

  • Kripik paru

  • Rempeyek ikan teri dan kacang

Bagaimana? Lauknya colour full, khan? inilah Kekhasan Nasi Serpang.


Satu lagi kekhasan Nasi Serpang, yaitu nyaris tak ada sayur yang nongol di belantara lauk pauknya. Hal ini juga akan Anda jumpai hampir di setiap masakan made in Madura. Mau yang Sate Madura, Soto Madura, Topa' Ladha.


Kesimpulannya: Kaya Lauk, Minim Sayur


Bermacam-macamnya lauk Nasi Serpang mengajak kita menjelajah cita rasa masakan pedalaman hingga pesisir. Belantara cita rasa pedalaman dapat Anda temui pada lauk Dendeng daging sapi yang bahan dasarnya adalah daging Sapi Madura. Cita rasa pedalaman juga bisa Anda gali dari secuil telor asin masir yang bahan dasarnya telur bebek.


Sementara cita rasa pesisir dapat Anda telusuri dari Pepes ikan tongkol yang berwarna merah karena ada keterlibatan unsur cabai merah dan tomat. Rasanya? Pasti ada asinnya dong, khan bernuansa pesisir. Anda juga bisa memergoki rasa pesisir bercampur pedalaman dari kerang yang dimasak dengan bumbu sambal goreng.


Sambal terasi Nasi Serpang pasti dengan mudah dapat Anda bedakan dengan sambal terasi ala masakan Jawa. Sambal terasi khas Madura teksturnya kasar dan liat menyerupai petis, jadi tidak cair. Konsep sambal terasi seperti ini juga dapat Anda jumpai pada masakan khas Kabupaten Gresik-Jawa Timur; Nasi Krawu.


Maklum, kreator Nasi Krawu tak lain adalah orang-orang Madura yang merantau ke Gresik. Akhirnya cita rasa Nasi Krawu tak jauh dari masakan khas Madura.



Mari kita lanjutkan pengembaraan di belantara cita rasa Nasi Serpang.


NASI.....


Sumber karbohidrat pada Nasi Serpang ini memiliki rasa punel. Cita rasa ini diperoleh bukan hanya dari bahan dasar beras yang berkualitas namun juga dari tata cara pendinginan nasi.


Nasi dalam penyajian masakan khas Madura, mayoritas disajikan dalam keadaan dingin. Mulai dari Soto sampai dengan Sate, bila dalam penyajiannya disandingkan dengan nasi, maka nasi tersebut lebih sering dijumpai dalam keadaan dingin.


Teknik pendinginan ini sangat khas sehingga tak hanya berdampak pada suhu nasi menjadi dingin, namun juga mengakibatkan rasa punel mendekati tingkat liatnya ketan. Ini tidak mengada-ada.


Cobalah Anda bandingkan antara nasi dingin buatan jenis masakan lain dengan Nasi Serpang. Sensasi liat dari Nasi Serpang meski dalam keadaan dingin membawa kita pada sudut lain dari dunia makan-memakan.


Teknik pendinginan inilah yang membedakan nasi dalam unsur masakan Madura dengan nasi pada masakan asal daerah lainnya. Hal serupa dapat Anda jumpai pada kasus jamu. Jamu ramuan Madura tentu berbeda sensasinya dengan ramuan daerah lain. Meski nama, atau jenis atau manfaatnya sama yaitu JAMU.....